Benarkah Puasa Itu Menyehatkan?
Oleh: Nita Afriani
SHOUM
atau yang kerap disebut juga disebut dengan puasa yang ditunaikan pada tiap
Ramadan adalah rutinitas yang berdimensi kewajiban umat Islam sedunia. Puasa
adalah upaya menahan diri dari makan dan minum, dari terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari karena dan untuk Allah. Selain itu, orang yang berpuasa juga dianjurkan
agar manahan amarah dan menjauhkan sikap-sikap buruk seperti benci, dengki,
hasad, riya’ dan serupanya. Semuanya ditunaikan agar senantiasa mendapat ridho dan
pahala dari Allah.
Sudah menjadi pengetahuan umum,
bahwa dari segi ritual ibadahnya, puasa memiliki manfaat dan efek tersendiri
bagi pelakunya. Dalam segi psikologis dan spiritualitas, misalnya, selain
menenangkan jiwa, juga mendapatkan pahala yang tak terkira.
Namun
pada perkembangannya, ditemukan bahwa puasa ternyata tidak sekadar memberi efek
dari segi psikologi dan spiritualitas, ia juga memiliki efek dalam aspek
fisiktual, tepatnya kesehatan tubuh orang berpuasa. Lalu, benarkah demikian?
Puasa dan Kesehatan
Dalam
ilmu kesehatan, memang banyak sekali penelitian yang menguatkan pernyataan
bahwa puasa itu memang menyehatkaan, diantaranya, pertama, berpuasa adalah cara terbaik untuk melakukan diet. Dari
pada harus mengkonsumsi pil-pil diet yang kadang malah membahayakan, lebih baik
berpuasa; selain berpahala juga terbukti lebih efektif dalam mengurangi
kegemukan.
Kedua,
berpuasa bisa menyehatkan jantung dan pembuluh darah. Mengapa? Hal ini
dikarenakan meningkatnya HDL dan menurunnya LDL, yang berdasarkan penelitian akan
sangat baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Ketiga,
berpuasa juga membuat ginjal semakin sehat. Mengapa? Karena fungsi ginjal akan
maksimal bila kekuatan osmosis urin mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg
air, dan satu-satunya cara adalah dengan mengurangi asupan air yaitu ketika berpuasa.
Keempat, obesitas,
hiperkolesterol, diabetes dan penyakit yang diakibatkan kelebihan nutrisi
lainnya adalah akibat dari tubuh mengalami kelebihan kadar gula darah dan
kolesterol. Dengan berpuasa konsumsi gula dan makanan berlemak dapat lebih terkontrol
dan dikurangi, yang akan berdampak baik bagi kembalinya keseimbangan kadar gula
dan kolesterol tersebut.
Kelima,
manfaat lain yang perlu penelitian lebih jauh adalah pengaruh puasa pada
membaiknya penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis.
Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas
klinis penderita. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi
antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam
membasmi bakteri.
Sebuah tulisan penelitian yang
dilakukan Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard, mengungkapkan bahwa
pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak. Dr.
Ratey melakukan penelitian terhadap mereka yang berpuasa dan memantau otak
mereka dengan alat yang disebut “Functional Magnetic Resonance Imaging” (FMRI).
Hasil pemantauan itu menyimpulkan bahwa setiap individu obyek menunjukkan
aktivitas “motor cortex” yang meningkat secara konsisten dan signifikan.
Nah, dari beberapa penjelasan
tersebut terbukti bahwa berpuasa itu
memang menyahatkan tubuh. Beberapa hal di atas, tentu baru sebagian saja dari
yang saya ketahui. Selanjutnya, masih banyak lagi manfaat-manfaat berpuasa
lainnya bagi kesehatan. Dengan kata lain, dengan berpuasa selain mendapat
pahala dan ketengan jiwa, juta memperoleh peningkatan kualitas kesehatan bagi
orang yang berpuasa itu sendiri.
Namun, yang
perlu menjadi pengetahuan kita juga bahwa beberapa manfaat tersebut akan bisa
kita raih jika dalam berpuasa kita menjalankannya dengan benar (ikhlas hanya
kepada Allah, karena mengharap ridho juga pahala dari-Nya), termasuk dengan menkonsumsi makanan yang cukup gizi tanpa
berlebihan, baik pada saat sahur maupun di saat berbuka. Sebab jika dalam
berpuasa pola makan tidak baik dan dalam porsi yang tidak wajar, maka justru akan mendatangkan penyakit yang
membahayakan kesehatan. Jadi, berpuasa itu baik buruknya ada di tangan kita
sendiri.
Demikian,
semoga amal ibadah puasa kita benar-benar tertunaikan dengan penuh khusyu dan
memberi efek positif kepada kita, baik ketenangan jiwa, pahala maupun kesehatan
tubuh. “Ibarat sebuah kepompong, bulan Ramadan dengan ibadah khasnya (terutama
puasa) seharusnya menjadi sarana bagi setiap muslim untuk meningkatkan kualitas
diri dalam berbagai dimensinya, baik iman, jiwa maupun kesehatan fisiknya” (KH. Abdullah Gymnatsiar, Ramadan Bersama MQ,
2004). Mari berpuasa dengan benar dalam segala aspeknya, agar puasa tidak
sekadar menahan rasa lapar dan haus, tapi benar-benar “menyehatkan” jiwa dan
tubuh. []